Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Sabtu, 14 Februari 2009

ABU DUJANAH AS SYARQI ( FAHD AL QOHTONY )

Dalam memulai pembicaraan kisah seorang mujahid yang telah syahid insya
Allah, terlebih dahulu kami sampaikan hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam :

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian ada yang beramal dengan amalan
penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka itu tinggal satu hasta,
kemudian ia beramal dengan amalan penghuni Jannah, lalu Al Kitab (catatan
taqdir ) telah menetapkannya, kemudian ia mati lalu ia masuk ke dalam Jannah
“.
Ikhwan kita Abu Dujanah adalah seorang sopir Truk di daerah timur,
sementara di daerah timur inilah kejahiliyahannya begitu besar.
Suatu hari ketika ia sedang pergi ke Bahroin untuk mengantar paket, dia
seperti orang gila – sedang mabuk -, hingga akhirnya Truk yang dikendarainya
oleng dan terplanting di atas jembatan Bahroin. Akan tetapi Allah menyelamatkan
dia dengan mobilnya yang tersangkut di jembatan hingga ia tidak terjatuh ke laut,
dan ketika itu dia pingsan atas taqdir Allah.
Pada tahun 1413 H. atau pada awal tahun 1414 H. ada dua orang yang
hendak pergi ke Bosnia melalui jalan Bahroin. Ketika keduanya sedang melalui
Jembatan keduanya melihat Truk yang bagi mereka sudah tidak asing lagi, lalu
mereka berhenti dan turun menuju Truk tersebut, keduanya mendapatkan seorang
di dalam Truk tersebut yang ternyata ia adalah tetangga salah satu dari dua orang
tersebut yaitu Abu Dujanah-, kemudian orang tersebut dikeluarkan dari dalam
Truk, kemudian keduanya melanjutkan perjalanannya menuju timur.
Ketika keduanya selesai mandi dan wudhu maka keduanya sholat.
Kemudian keduanya memberi nasehat kepada seorang – yang diselamatkan dari
dalam Truk tersebut -. Kedua saudara itu berkata kepada orang tersebut : “
Jikalau engkau mati pada saat kecelakaan itu sungguh kamu mati dalam ma’siyat
bahkan lebih besar lagi, oleh karena itu pujilah Allah yang telah menyelamatkan
kamu dari kematian itu, karena Allah tidak mengakhiri hidupmu dalam
kemaksiyatan “. Nasehat kedua saudara ini masuk ke dalam hati lelaki tersebut.
Kemudian kedua saudara ini melanjutkan perjalanannya. Lalu lelaki itu – Abu
Dujanah – menginstropeksi diri dan meninggalkan teman-temannya yang rusak.
Ketika ada teman yang melihatnya di sebuh terminal Truk, mereka pergi
menemuinya dan didapati dia sedang sendirian dengan memegang Mushaf dan
sedang membacanya. Teman-temannya tidak percaya melihat pemandangan
tersebut dan mereka mengira bahwa dia hanya pura-pura karena takut dari –
incaran – pemerintah.
Setelah berlalu beberapa bulan, pulanglah kedua shahabatnya yang habis
pergi dari daerah timur. Kamudian ia pergi ke rumah salah satu dari keduanya,
lalu ia ketuk pintunya dan mengucapkan salam dengan suara keras.Saudara yang di dalam rumah tidak mengenalinya. – karena – jenggotnya
telah tumbuh lebat, pakaiannya diatas mata kaki dan terpancarlah cahaya dari
mukanya, kemudian ia mengenalkan dirinya – bahwa dia adalah Abu Dujanah -.
Bergembiralah hati saudara ini, tidak ada kebahagiaan selain pemandangan yang
bagus ini, kemudian ia dipersilahkan masuk. Dia bertanya tentang persoalan jihad
dan kondisi Bosnia dan keutamaan Syuhada dan para mujahidin dan ribath dan
….. dan….. dan …..
Setelah mendengar jawaban yang ditanyakan lalu ia berkata : “ Kalau
begitu jalan yang paling dekat menuju Jannah adalah Jihad fie sabilillah.
Sekarang umurku sudah 36 tahun dan dipenuhi dosa dan ma’siyat. Aku meminta
kepadamu demi Allah akan menemanimu berjihad !
Saudara tersebut berkata kepadanya : “ Sekarang Bosnia sedang dikepung
dari segala penjuru dan tidak mudah untuk masuk kesana, padahal saudarasaudara
kita disana sedang menanti ada orang yang bisa membuka jalan masuk.
Adapun kalau ditempuh dari Kroasia dan Slevonia kedua negara ini penuh
kema’siyatan, khomer, wanita jalang, dan penuh fitnah yang seseorang tidak
mampu menahannya “.
Abu Dujanah berkata : “ Aku akan pergi walaupun aku harus menunggu
selama satu tahun “. Dan dia berusaha memuaskan saudaranya itu.
Dan betul ternyata Abu Dujanah pergi ke Kroasia dan tinggal di sebuah kota
dekat pantai di Eropa yang penuh dengan fitnah dan gemerlapnya dunia,
sementara Abu Dujanah adalah seorang yang baru saja sadar dari kema’siyatan. Ia
telah sampai di kota itu yang merupakan perbatasan dengan Bosnia Herzegovina.
Ia tinggal di sebuah rumah yang kecil bersama seorang teman yang datang dari
Turki sekitar enam bulan lamanya demi mencari jalan masuk ke Bosnia. Seluruh
waktunya ia pergunakan sholat dan ibadah dan mempelajari urusan-urusan Dien
kepada seorang teman Da’I disana, hingga pada akhirnya ia mendapatkan kabar
gembira dibukanya jalan menuju Bosnia. Lalu pergilah ia ke Bosnia dan masuk ke
sana yang selama ini ia impikan dan nantikan untuk bisa masuk bergabung dengan
para mujahidin. Lalu bergabunglah ia dengan sebuah pasukan mujahidin di
daerah Zintisia dan ia tadrib (diklat) disana dan menyusun kekuatan.
Disana ada ma’rokah (medan perang) yang dekat dengan daerah Syirisya,
lalu beliau masuk ke daerah itu dan daerah itu adalah petama kalinya ma’rokah
(medan peperangan) yang ia ikuti dalam perjalanan jihadnya, dan Allah
memenangkan mujahidin dalam amaliah – oprasi - tersebut. Dan para mujahidin
membuat khondaq (parit) di front tersebut dan mendapatkan kemulian ribat
(berjaga) fie sabilillah.
Setelah berlalu dua bulan dari amaliah tersebut terjadilah amaliah yang lebih
kuat dan besar dari sebelumnya, yaitu amaliah Visico Qolava yang masih di satu
kawasan tersebut. Beliau ikut serta dalam amaliah tersebut dan amaliah tersebut
merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau yang tidak dapat beliau
gambarkan.
Beliau adalah seorang pemberani yang tidak mengenal rasa takut, ia selalu
berbuat itsar (mementingkan keperluan orang lain) dan mengasihinya, dan orang
sama heran bila berteman dengan beliau.Setelah amaliah tersebut tepatnya pada tahun 1414 H. beliau pergi
bergabung dengan Jam’iyah Ihya’ut Turots Al Islami Al Kuwaity dan bekerja
bersama mereka di kota Turovinik dan tinggal disana selama beberapa saat, dan
belaiu pun menikah di Bosnia dengan orang asli Dagestan.
Beliau sangat keras dalam menindak kemungkaran di kota tersebut hingga
beliau ditakuti oleh orang-orang fasiq di daerah itu. Bahkan sampai ke kawasan
Karwat di daerah Fitiza. Dan tidak ada seorangpun dari orang-orang fasiq yang
berani melewati daerah yang ditempati Abu Dujanah.
Sepanjang malam dan siang ia gunakan untuk berkhidmat kepada
masyarakat Bosnia, khususnya menangani orang dewasa dan anak-anak hingga
orang-orang yang berada di kota tersebut sangat cinta kepada ketawadhuan beliau
dan ruhiyah beliau yang mulia. Beliau mampu menguasai bahasa Bosnia dengan
sangat baik, oleh karena itu beliau dapat bergabung dan pergi bersama mujahidin
di Turovinika dan beliau habiskan urusannya disana dan beribath bersama mereka.
Teman-temannya menyampaikan habar kepadanya bahwa dalam waktu
dekat ini mau ada amaliah, maka beliau pun bersiap-siap.
Disetiap amaliah (medan perang) beliau selalu kembali pada pertengahan
jalan karena tidak dapat melanjutkan perjalanan karena beliau mengalami sakit
hinga pada akhir amaliah selesai. Sehingga pada saat terjadi amaliah Falasyij yang
kedua di waktu malam Arofah pada tahun 1415 H. beliau berangkat besama
seoarang teman dengan berjalan kaki menuju musuh dan pada saat ini beliau tidak
seperti biasanya ! beliau kelihatan tenang dan banyak menoleh kesana-kesini
seakan-akan beliau melihat sesuatu.
Waktu amaliah dilakukan pada pukul 12.00 malam dan dimulailah
pertempuran. beliau maju dengan membawa senjata RPG dan menghadang
pasukan Serbia. Beliau bersama seorang teman yang bernama Musthofa Al
Busnawy (orang Bosnia) hingga mendekat ke parit + sejarak 10 meter, dan beliau
bersiap-siap menyerang Serbia, akan tetapi timah panas telah menembus leher
beliau terlebih dahulu hingga beliau jatuh sebagai syuhada. Dan keluarlah dari
mulut beliau seperti cahaya.
Akh Musthofa memeriksa tempat terbunuhnya beliau – untuk melrtakkan
jasad beliau – lalu ia pergi dan meninggalkan beliau dikarenakan dahsyatnya
serangan musuh, dan para mujahidin pun widerawl (mundur). Dan akh Mustofa
hampir-hampir tak mampu berjalan karena menangisi saudaranya “ Abu Dujanah
“.
Ketika para mujahidin lainnya mendengar kejadian tersebut, maka
komandan pasukan memerintahkan untuk meyakinkan keberadaan tempat
terbunuhnya Abu Dujanah. Lalu komandan mengutus dua orang singa Allah untuk
mengambil mayat Abu Dujanah. Ternyata benar Abu Dujanah telah terbunuh,
akan tetapi mayat tersebut telah diserang oleh pasukan Serbia dan mayat tersebut
disimpan oleh pasukan Serbia selama lebih dari dua bulan.
Kemudian Palang Merah menghubungi tentara Bosnia yang menghabarkan
akan permintaan Serbia untuk menukar mayat. Dan ternyata diantara mayat-mayat
itu ada mayat seorang arab. Lalu tentara Bosnia menghabarkan kepada mujahidin
– bahwa diantara mayat tersebut adalah seorang arab -, lalu pergilah komandan
dan diikuti oleh beberapa mujahidin.Komandan tersebut berkata : “ Kami pergi ke tampat penyimpanan mayat
dan kami dapatkan mayat-mayat yang baru saja terbunuh kurang lebih baru satu
hari. Bau mayat-mayat tersebut sangat busuk. Lalu aku masuk dan berjalan
diantara mayat-mayat hingga aku dapatkan peti mayat yang tertutup. Lalu peti
itu aku angkat dengan seorang teman dan kami keluarkan mayat tersebut.
Ternyata mayat tersebut dibungkus dengan jaitan nilon. Tentara memberi tahu
kami bahwasanya mayat-mayat ini diantaranya ada mayat seorang arab yang
tidak disimpan di dalam Almari Es untuk mayat, akan tetapi dicampakkan di
tanah lapang. Lalu kami dekati saudara kami itu – mayat Abu Dujanah -. Lalu
aku buka sendiri penutup itu dari arah kepala. Perasaan khawatir menggelayut di
kepalaku dan kepala temanku, bagaimana keadaan mayat tersebut setelah dua
bulan lebih ?, apakah telah dimakan ulat ? atau telah berubah kondisinya ? atau
…… atau ….. atau ….. ? lalu aku mulai membuka tutup itu, tangan dan tubuhku
tiba-tiba gemetar, karena ternyata wajahnya seperti bulan dan jenggotnya
berwibawa yang memancarkan cahaya putih dan tubuhnya ….ternyata dia …..
dia…. Dan tidak ada perubahan sama sekali. Aromanya seperti aroma pohon
Inai. Allah menyaksikan kejadian tersebut kemudian para ikhwah dan semua
yang hadir pun menyaksikan hal tersebut.
Mayatnya telah berlalu dua bulan setengah tapi tidak berubah sama sekali
hingga aromanya pun tidak berubah.
Allah telah mengasihi singa itu dan memberikan kepadanya seorang putri
( bernama Nauroh ), dan memberinya kebaikan dan hidayah. Sekarang ia berumur
enam tahun dan tinggal bersama ibunya di Bosnia di kota Tuzela.
Selamat tinggal wahai Abu Dujanah. Semoga Allah memperbanyak bilangan
orang-orang sholih dan mujahidin sepertimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar