Dapatkan Mesej Bergambar di Sini

Sabtu, 14 Februari 2009

Mushir al-Masri : Menghapus Hamas Hanyalah Ilusi Lieberman

Gegap-gempita pemilu Israel yang baru usai, dan besarnya dukungan terhadap ‘trioka’ garis keras, yaitu Tzipi Livni, Benyamin Netanyahu, dan Avigdor Lieberman, dengan mengangkat isu politik yang sangat ekstrim, seperti pengusiran orang-orang Arab, membuang orang-orang Arab ke laut, dan bahkan ingin memusnahkan Hamas, itu dinilai oleh Mushir al-Masri hanyalah sebuah ilusi belaka.

Mushir al-Masri, Sekjen dari Fraksi Hamas di Parlemen Palestina, mengatakan bahwa pernyataan tokoh sayap kanan, yang ekstrim, Avigdor Lieberman yang ingin menghapus Hamas merupakan bagian ilusi dari pihak pemimpin Zionis, yang tujuannya hanya ingin memenangkan pemilu Israel, tandas Masri. Langkah-langkah rejim Zionis-Israel yang ingin menghapus kekuatan Hamas itu, hanyalah retorika politik, yang pada kenyataannya mereka tak akan mampu melaksanakan, tambahnya.

Dalam pernyataan persnya anggota Parlemen Palestina, Mushir al-Masri, menegaskan bahwa Israel telah melakukan semua opsi (pilihan) politik, dan termasuk melakukan opsi militer dengan melakukan agresi ke Gaza, secara besar-besaran, tapi faktanya rejim Zionis-Israel, tak mampu menjatuhkan Hamas, dan justru Hamas menjadi lebih kuat dan mendaptkan dukungan secara luas dikalangan rakyat Palestina.

Para pembuat kebijakan di Israel telah gagal mengalahkan kekuatan Hamas. Dan, justru langkah-langkah yang dilakukan para pemimpin politik dan militer Israel, semakin menyudutkan negeri Zionis itu oleh masyarakat internasional. Agresi militer selama 23 hari ke Gaza, hanya menghasilkan cemoohan dan hujatan masyarakat internasional dan dunia Islam atas tindakan Israel yang brutal dan biadab, serta sekarang kekejaman Israel dinilai melebihi yang dilakukan Nazi. Agresi Israel itu semakin memojokkan posisi Israel di dalam pergaulan masyarakat intenaional.

Selanjutnya, Masri menegaskan pula, hasil pemilu di Israel, dan munculnya tokoh-tokoh ekstrimis dan kriminal, yang sentiasa ingin mengobarkan kejahatan perang, hanya menunjukkan dikalangan rakyat Israel yang semakin merasa tidak aman dan rasa takut. Maka, menurut Masri menghadapi hasil pemilu di Israel dengan munculnya para ektrimis dan penjahat, tidak ada cara lain, kecauli dengan terus meningkatkan perlawanan terhadap rejim Zionis-Israel, yang semakin membabi-buta. “Tidak ada bahasa lain menghadapi Israel, kecuali hanya dengan bahasa jihad. Karena, hanya dengan bahasa jihad, Israel itu mengerti”, kata Masri.

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan yang sangat eksklusif, Mohammad Nazal, seorang anggota Biro Politik Hamas, Rabu, menyatakan bahwa semua upaya yang menginginkan perdamaian akan gagal, karena masyarakat Zionis-Israel selalu mencari pemimpin yang lebih keras, dan terus menerus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina, ungkap Nazzal. Semua pemimpin Zionis tidak ada perbedaan yang hakiki satu sama lainnya, baik yang kiri, kanan, dan tengah,semua mereka mempunyai karakter yang sama, yang sama-sama haus darah, dan hanya ingin membunuh, tambah Nazzal.

“Hanas sangat tidak peduli siapapun yang akan memerintah di Israel. Apakah Livni atau Netanyahu, karena Livni yang menjadi Menlu Israel, di pemerintahan Olmert, yang berhaluan kiri, juga menggunakan senjata kimia phosphor, ketika melakukan ser angan militer ke Gaza”, ungkap Nazzal. Dan, Netanyahu mungkin akan melakukan tindakan militer yang sama, seperti yang dilakukan oleh Livni, dan mungkin Netanyahu akan lebih keras lagi, karena selama kampanyenya Netanyahu selalu ingin menghapus Hamas dari Gaza.

Bahkan, mungkin saja, kalau Livni gagal mengalahkan Hamas, meskipun sudah menggunakan senjata kimia, Netanyahu menggunakan nuklir, ujar Nazzal. Pemusnahan yang dilakukan oleh rejim Zionis Israel itu, tak lain mereka, karena mereka hanya ingin melaksanakan doktrin dari tokoh Zionis, Jabotinsky, yang mengatakan bertindak terhadap orang-orang Arab (Palestina) harus dengan keras, tidak boleh dengan diplomasi.

Nada yang sama juga disampaikan anggota Parlemen, Mona Mansour, yang mengatakan bahwa selama 60 tahun lebih, Zionis Israel, mereka hanyalah menggunakan bahasa kekerasan, penindasan dan pembunuhan, tidak dengan yang lain, apakah mereka dari aliran politik kiri atau kanan, ujar Mona Mansur.

Dibagian lain, Mesir sedang menggalang pertemuan yang akan diselenggarakan 22 Februari di Cairo, yang mengundang seluruh faksi, yang tujuannya untuk membentuk sebuah komite. Dalam undangan dari pemerintah Mesir, menyebutkan mengundang seluruh faksi yang ada di Palestina, guna membentuk komite, yang ingin memperbaharui kembali Organisasi PLO, yang memasukkan unsure-unsur seperti al-Fatah, Hamas, dan lima faksi lainnya, di dalam organisasi PLO yang baru. Ide ini berasal dari pemerintah Mesir dan Saudi, yang intinya ingin mellikwidasi kekuatan Hamas di Palestina.

Apakah misi Hosni Mubarak ini akan berhasil? Setidak Mubarak sudah meminta dukungan dari Turki, dan mungkin juga Saudi, dan Syria, guna memuluskan rencana Mubarak, yang tak lain ingin mengembalikan al-Fatah ke Gaza, dan menghapus eksistensis Hamas. (m/pic.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar